Kutatap
cahaya pucat itu.
Tangan
demi tangan menyembul keluar dari bawah tanah, mengibaskan debu yang melekat
padanya, lalu meregang. Lusinan tangan bermunculan, bersinar-sinar kuning dan
hijau di bawah cahaya bulan.
Kemudian
menyusul kepala-kepala manusia. Rambut mereka penuh tanah, kulit mereka
berlepasan, bergelayutan pada tempurung kepala. Kepala-kepala itu menatapku
dengan sorot mata penuh permohonan, wajah mereka berkerut, mulut mereka terbuka
kesakitan.
“Bawa
aku...,” salah satu dari mereka berkata dengan bisikan parau.
No comments:
Post a Comment